Kenapa tiba-tiba berhijab ?
Banyak yang tanya, kenapa sih tiba-tiba aku berhijab. Banyak yang mengira karena disuruh seseorang atau ikut organisasi univ. Hayolo apa :)
Temen deket aku mungkin paling tau cerita tentang ini ya. Awalnya, sebelum akhirnya benar-benar memutuskan untuk berhijab aku udah pakai-pakai hijab. Tapi sebelum memantapkan hati untuk berhijab, rasanya emang agak nggak nyaman gitu sih. Masuk kuliah sampai tahun ke dua aku sama sekali nggak ada bayangan bakal pakai hijab. Mikirnya sih hati aku belum ada panggilan untuk berhijab, belum niat dan belum mantep.
Memasuki tahun ketiga kuliah mulai mikir nih, rasanya kayak ada yang kurang tapi bingung kurang bagian mananya. Tahun ketiga ini akhirnya mulai coba lagi untuk berhijab, yah kayak seminggu berapa kali gitu berhijab. Ke kampus coba-coba deh pakai hijab (terkadang). Tapi cobaan memulai mantap berhijab juga banyak loh, tiba-tiba melihat pandangan orang yang bingung kenapa aku berhijab sedangkan aktifitas dan kerjaan diluar bukannya nggak boleh berhijab ya. Sedih sih, saat itu mulai ragu lagi nih untuk berhijab. Jarak waktu aku bimbang antara mantap dan ragu untuk berhijab kayaknya setahun ada. Sampai akhirnya masuk di tahun ke ketiga tahun 2017. Tepatnya semester 7 aku tiba-tiba berhijab dan memulai posting foto "assalamuallaikum" tanggal 6 Januari 2017. Terharu banget ternyata masih banyak orang yang mendukung aku belajar berhijab tanpa memandang sebelah mata. Mulai dari sinilah frekuensi aku berhijab sangat sering. Nah, dan momentya pas banget nih berhijab pas jadi mentri bem. Jadi, emang banyak yang ngira aku berhijab karena jadi mentri. Tapi aslinya enggak kok, galaunya aja ada satu tahun sendiri ngelebihin galaunya putus cinta :) Malah anak bem kebingungan aku kenapa berhijab, sampai ada yang klarifikasi juga "ini mentri jareks tiba-tiba berhijab nggak ada unsur paksaan ya tapi dari orangnya sendiri". Enaknya dengan mereka adalah "gapapa kalau masih lepas pasang namanya juga belajar" karena anak bem ini tanggapannya adem banget jadi aku termotivasi terus untuk pakai hijab.
Kenapa akhirnya aku memutuskan untuk berhijab ada alasan tersendiri. Waktu aku belum berhijab risih gitu dengan pandangan lawan jenis, apalagi kalau dijalan terkadang diganggu gitu. Waktu itu aku juga pernah baca sih, sayang banget ibadah tapi kewajibannya ada yang kurang yaitu berhijab. Belum lagi aku mikir, sebelum aku berhijab aku juga nggak pake baju aneh-aneh kok. Jauh lebih nyaman kalau pakai baju yang tertutup, nah mulai mikir nih kenapa nggak sekalian aja berhijab daripada ga berhijab juga bajunya nanggung gitu hehe. Satu tahun lalu aku akuin emang dalam momment tertentu kerjaan aku masih menuntut untuk nggak berhijab. Tapi mulai tahun 2018 aku jadi udah nggak nyaman kalau ga berhijab, rasanya malu gitu ada yang kurang. Sampai akhirnya aku curhat nih di group organisasi aku "rejeki nggak akan kemana kok kalau kamu pakai hijab", yap cobannya ada lagi aku harus ikhlasin kerjaan yang menuntut aku nggak berhijab. Tapi gapapa sih, Allah punya rencana yang lebih baik. Selain itu juga, aku ngerasa terlalu banyak kenikmatan yang dikasih. Aku berdoa apapun aja dikabulin rasanya, jadi kayak malu nggak sih. Kita yang belum sempurna aja kalau berdoa dikabulin, seburuk-buruknya kita deh ibaratnya. Maha baik banget kan sang pencipta tuh, dari sini aku juga akhirnya sebagai wujud rasa syukur aku atas segala kenikmatan yang diberikan aku sempurnakan lagi kewajiban aku.
Hijab itu pilihan seseorang sih emang, pilihan dia mau menjalankan kewajibannya atau nunggu waktu lagi. Tapi aku mikir, takut aja sih kalau umur aku nggak cukup kalau nanti-nanti berhijabnya. Apalagi setahu aku, dosa aku belum berhijab ditanggung orang tua kan jadi takut sendiri. Semoga selalu istiqomah ya.
Tapi ingat nilai seseorang jangan dari dia berhijab atau enggak ya :)
Temen deket aku mungkin paling tau cerita tentang ini ya. Awalnya, sebelum akhirnya benar-benar memutuskan untuk berhijab aku udah pakai-pakai hijab. Tapi sebelum memantapkan hati untuk berhijab, rasanya emang agak nggak nyaman gitu sih. Masuk kuliah sampai tahun ke dua aku sama sekali nggak ada bayangan bakal pakai hijab. Mikirnya sih hati aku belum ada panggilan untuk berhijab, belum niat dan belum mantep.
Memasuki tahun ketiga kuliah mulai mikir nih, rasanya kayak ada yang kurang tapi bingung kurang bagian mananya. Tahun ketiga ini akhirnya mulai coba lagi untuk berhijab, yah kayak seminggu berapa kali gitu berhijab. Ke kampus coba-coba deh pakai hijab (terkadang). Tapi cobaan memulai mantap berhijab juga banyak loh, tiba-tiba melihat pandangan orang yang bingung kenapa aku berhijab sedangkan aktifitas dan kerjaan diluar bukannya nggak boleh berhijab ya. Sedih sih, saat itu mulai ragu lagi nih untuk berhijab. Jarak waktu aku bimbang antara mantap dan ragu untuk berhijab kayaknya setahun ada. Sampai akhirnya masuk di tahun ke ketiga tahun 2017. Tepatnya semester 7 aku tiba-tiba berhijab dan memulai posting foto "assalamuallaikum" tanggal 6 Januari 2017. Terharu banget ternyata masih banyak orang yang mendukung aku belajar berhijab tanpa memandang sebelah mata. Mulai dari sinilah frekuensi aku berhijab sangat sering. Nah, dan momentya pas banget nih berhijab pas jadi mentri bem. Jadi, emang banyak yang ngira aku berhijab karena jadi mentri. Tapi aslinya enggak kok, galaunya aja ada satu tahun sendiri ngelebihin galaunya putus cinta :) Malah anak bem kebingungan aku kenapa berhijab, sampai ada yang klarifikasi juga "ini mentri jareks tiba-tiba berhijab nggak ada unsur paksaan ya tapi dari orangnya sendiri". Enaknya dengan mereka adalah "gapapa kalau masih lepas pasang namanya juga belajar" karena anak bem ini tanggapannya adem banget jadi aku termotivasi terus untuk pakai hijab.
Kenapa akhirnya aku memutuskan untuk berhijab ada alasan tersendiri. Waktu aku belum berhijab risih gitu dengan pandangan lawan jenis, apalagi kalau dijalan terkadang diganggu gitu. Waktu itu aku juga pernah baca sih, sayang banget ibadah tapi kewajibannya ada yang kurang yaitu berhijab. Belum lagi aku mikir, sebelum aku berhijab aku juga nggak pake baju aneh-aneh kok. Jauh lebih nyaman kalau pakai baju yang tertutup, nah mulai mikir nih kenapa nggak sekalian aja berhijab daripada ga berhijab juga bajunya nanggung gitu hehe. Satu tahun lalu aku akuin emang dalam momment tertentu kerjaan aku masih menuntut untuk nggak berhijab. Tapi mulai tahun 2018 aku jadi udah nggak nyaman kalau ga berhijab, rasanya malu gitu ada yang kurang. Sampai akhirnya aku curhat nih di group organisasi aku "rejeki nggak akan kemana kok kalau kamu pakai hijab", yap cobannya ada lagi aku harus ikhlasin kerjaan yang menuntut aku nggak berhijab. Tapi gapapa sih, Allah punya rencana yang lebih baik. Selain itu juga, aku ngerasa terlalu banyak kenikmatan yang dikasih. Aku berdoa apapun aja dikabulin rasanya, jadi kayak malu nggak sih. Kita yang belum sempurna aja kalau berdoa dikabulin, seburuk-buruknya kita deh ibaratnya. Maha baik banget kan sang pencipta tuh, dari sini aku juga akhirnya sebagai wujud rasa syukur aku atas segala kenikmatan yang diberikan aku sempurnakan lagi kewajiban aku.
Hijab itu pilihan seseorang sih emang, pilihan dia mau menjalankan kewajibannya atau nunggu waktu lagi. Tapi aku mikir, takut aja sih kalau umur aku nggak cukup kalau nanti-nanti berhijabnya. Apalagi setahu aku, dosa aku belum berhijab ditanggung orang tua kan jadi takut sendiri. Semoga selalu istiqomah ya.
Tapi ingat nilai seseorang jangan dari dia berhijab atau enggak ya :)
Komentar
Posting Komentar